SEOUL - Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menunda perintah dan Latihan perang di dekat perbatasan Korea Selatan (Korsel). Langkah itu sebagai upaya untuk menurunkan ketegangan di semenanjung Korea.
Upaya tarik ulur kebijakan Korut memang bertujuan menaikkan dan menurunkan ketegangan dikenal sebagai strategi Korut dalam menghadapi musuhnya. Sebelumnya, Korut melakukan serangkaian aksi yang memanaskan situasi seperti menghentikan jalur komunikasi dengan Korsel dan menghancurkan kantor penghubung dengan Korsel. (Baca: Korut Ancam Gunakan Senjata Nuklir untuk Melawan AS)
Militer Korut juga membatalkan “rencana aksi” untuk meningkatkan ketegangan di perbatasan. Pembatalan tersebut tentunya atas persetujuan Kim Jong-un. Keputusan militer dan Kim ditempuh setelah rapat Komisi Militer Pusat Partai Pekerja, Lembaga penyusun kebijakan tertinggi dalam kerja sama militer, pada Selasa lalu.
Baca Juga:
Sebanyak 12 Juta Selebaran Kemarahan Korut Siap 'Bombardir' Korsel
Korut Bersikukuh Akan Balas Dendam kepada Korsel
“Mereka menunda Tindakan militer terhadap Korut,” demikian keterangan mereka dilaporkan KCNA, kantor berita resmi Korut, dilansir Reuters. Komisi Militer Pusat membuat keputusan setelah mempertimbangkan apa yang disebut sebagai "situasi yang sedang terjadi".
Sayangnya, KCNA tidak memberikan informasi detail mengenai keputusan Kim. Rapat itu juga membahas dokumen Langkah Korut dalam untuk memperkuat negara dari ancaman musuh yakni Korsel. Sepertinya itu membahas isu senjata nuklir. (Baca juga: PBB Dorong Investasi Serangan Pada Personel TNI di Kongo)
Ketegangan antara kedua negara meningkat dalam beberapa pekan terakhir ketika sejumlah kelompok di Korsel menerbangkan selebaran propaganda melewati perbatasan negara.
Kakak perempuan Jong-Un, Kim Yo-jong, telah memberi perintah kepada pasukan tentara lebih dari seminggu yang lalu, yang menyatakan mereka akan "ecara tegas melakukan tindakan selanjutnya". Hal itu direncanakan karena apa yang dikatakan Pyongyang sebagai kegagalan Seoul menghentikan aktivis yang mengirim selebaran anti-rezim Pyongyang melewati perbatasan dengan menggunakan balon.
Sejak ketegangan kedua negara mencair 2018, kedua negara itu telah melakukan upaya untuk meningkatkan hubungan dan melakukan dialog. Tetapi hubungan itu tampaknya memburuk dengan cepat dalam beberapa minggu terakhir. Salah satu penyebab ketegangan yang meningkat adalah karena kelompok-kelompok pembelot Korut, yang kini ada di Korsel, mengirim selebaran ke Korut.
Selebaran itu biasanya dikirim melalui balon. Selain selebaran, mereka juga mengirimkan USB atau DVD dengan kritik terhadap rezim Pyongyang, serta laporan berita Korsel atau bahkan drama Korea. Semua itu bertujuan untuk menghancurkan kendali Korut terhadap informasi domestik, dengan harapan warga pada akhirnya akan menggulingkan rezim Pyongyang. Korut berpendapat selebaran itu melanggar kesepakatan antara kedua negara untuk menghindari konfrontasi. (Lihat fotonya: PA 212 Gelar Aksi Tolak RUU HIP di Depan DPR)