Jakarta - Warga Rusia membuka jalan bagi Vladimir Putin untuk menjadi presiden lagi. Hal tersebut menyusul diumumkannya hasil pemilu nasional yang memenangkan amandemen konstitusi Rusia dengan perolehan suara 78 persen.
"Saya memilih amandemen konstitusi. Kami membutuhkan perubahan radikal dan saya mendukungnya," ujar salah satu warga Rusia, Mikhail Volkov, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis, 2 Juli 2020.
Amandemen tersebut membuka jalan Putin untuk kembali menjadi Presiden Rusia karena mengulang kembali durasi kepemimpinannya ke angka nol. Dengan kata lain, 20 tahun masa kepemimpinan Putin di Rusia akan dianggap tak ada dan ia bisa kembali mencalonkan diri.
Jika Putin kembali mencalonkan diri sebagai Presiden Rusia dan menang, pria berusia 67 tahun itu bisa memimpin lagi selama 12 tahun (dua kali masa periode). Periode kepemimpinan Putin saat ini akan berakhir di tahun 2024 dan ia bisa memperpanjangnya hingga 2036 dengan konstitusi yang baru.
Putin sendiri mengatakan dia belum memutuskan masa depannya. Namun, pada bulan Juni lalu, ia sempat melempar sinyal akan maju lagi. Ia berdalih, apa yang dibutuhkan Russia bukanlah seorang penerus kepemimpinan, tetapi pemimpin yang bisa menjaga stabilitas dan program kerja Pemerintah Rusia.
"Jujur saja, berdasarkan pengalaman saya, jika perubahan konstitusi itu tidak terjadi, dalam dua tahun politisi dan pejabat di Rusia akan lebih sibuk mencari penerus saya dibanding bekerja," ujar Putin pada Juni lalu.
Meski Putin belum memberikan keputusan, para kritikus sudah yakin dia akan mencalonkan lagi. Tetapi, beberapa analis mengatakan dia mungkin ingin menjaga pilihannya terbuka untuk menghindari kepemimpinannya menjadi lamban.
Di lain sisi, sekelompok kecil aktivis menggelar protes simbolis di Lapangan Merah pada Rabu sore waktu Rusia. Menggunakan tubuh mereka, para demonstran membentuk angka 2036 sebelum ditahan dengan cepat oleh polisi. Mereka merasa amandemen konstitusi tidak membawa banyak perubahan, apalagi jika Putin kembali mencalonkan diri.
"Kita perlu mengingatkan pihak berwenang bahwa kita ada dan bahwa ada puluhan juta dari kita yang tidak ingin Putin memerintah hingga 2036," Andrei Pivovarov, seorang aktivis, mengatakan dalam sebuah video online.