Jakarta - Keseriusan penyanyi rap asal Amerika, Kanye West, menjadi calon presiden AS masih diragukan banyak pihak. Selain dia hanya memiliki waktu terbatas untuk menggalang dukungan dan mendaftarkan diri, ia belum memiliki mesin politik. Namun, jika Kanye West berhasil mempersiapkan itu semua sebelum Pilpres Amerika berlangsung November nanti, Donald Trump yang diuntungkan.
Hal tersebut dinyatakan analis pemilu, Frank Luntz. Luntz berkata, Kanye West bisa menarik dukungan kulit hitam dari rival Trump, Joe Biden. Ditariknya dukungan warga kulit hitam dari Joe Biden, kata Luntz, akan membuat Trump memiliki cukup ruang untuk mengejar ketinggalan.
"Kanye West bisa menjadi ancaman untuk capres Demokrat, Joe Biden, terutama untuk dukungan warga kulit hitam. Namun, itu hanya jika Kanye West memang bisa mendapatkan cukup suara dari negara bagian Amerika," ujar Luntz sebagaimana dikutip dari USA Today, Senin, 6 Juli 2020.
Luntz melanjutkan, kasus yang ia jelaskan sudah pernah terjadi sebelumnya. Di tahun 2000, figur populer Ralph Nader berhasil menyedot cukup banyak suara dari Al Gore. Hal itu memungkinkan George W Bush untuk memperkuat posisinya sebagai calon Presiden Amerika.
"Saya ragu Kanye West benar-benar serius. Paling hanya 1-2 bulan saja ia akan berada di kontes ini. Meski begitu, saya memandang dia punya dampak serius jika ada di kotak suara November nanti," ujar Luntz.
Analis dari Niskanen Center, Rachel Bitecofer, sependapat dengan Luntz. Menurutnya, dengan operasi politik yang bagus, Kanye West bisa menjadi ancaman untuk Biden. Efek selebritas yang ia miliki, kata Bitecofer, bisa menarik suara dari anak muda dan komunitas warga kulit hitam.
Bitecofer menambahkan bahwa Kanye West bisa saja mendorong pendukungnya untuk menuliskan namanya di surat suara. Jadi, meski namanya tidak muncul di surat suara lewat proses formal, ia tetap memiliki kesempatan untuk bertarung dengan Trump dan Biden.